Jumat, 24 April 2015

Angiospermae

ANGIOSPERMAE


Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: αγγειον (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan σπερμα (sperma, bentuk jamak untuk "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690.
Angiosperma adalah kelompok terbesar dari tumbuhan di bumi. Ada sekitar 270.000 spesies yang dikenal hidup hari ini. Mereka mencakup semua tumbuhan yang memiliki bunga dan menghasilkan biji tertutup dalam sebuah karpelKarpel adalah daun yang dimodifikasi membungkus benih dan dapat berkembang menjadi buah.
Berdasarkan kajian fosil yang pernah ditemukan, diduga Angiospermae ada di bumi sejak awal masa Kretaseus (sekitar 130 juta tahun silam) dan telah menyebar luas menjadi tumbuhan dominan di bumi pada akhir masa Kretaseus (sekitar 65 juta tahun silam).

  1. Ciri-ciri Angiospermae
a.       Bakal biji Angiospermae berada di dalam megasporofil yang termodifikasi menjadi daun buah (karpel) sehingga serbuk sari harus menembus jaringan daun buah untuk mencapai bakal biji dan membuahi ovum. Pada umumnya daun buah berdaging tebal, misalnya pada mangga, jeruk, dan semangka. Pada kacang-kacangan, misalnya buncis, kapri, kacang panjang, daun buah berupa kulit polong yang tipis. Daun buah berfungsi melindungi biji agar tidak kekeringan pada saat mengalami dormansi (tidak aktif).
Sebuah karpel adalah bagian terdalam dari bunga. Sebuah karpel terdiri dari tiga struktur:
·         Stigma
Stigma adalah bagian atas, bagian lengket dari karpel, dan itu adalah lokasi penyerbukan. Penyerbukan terjadi bila butiran tanah serbuk sari pada stigma. Serbuk sari adalah struktur pelindung yang membawa sel sperma dan diproduksi oleh benang sari bunga itu.
·         tangkai putik
Tangkai putik karpel adalah suatu tabung panjang yang menghubungkan stigma ke ovarium. Setelah penyerbukan, serbuk sari akan memproduksi tabung serbuk sari. Ini tumbuh di bawah tangkai putik menuju ovarium, di mana mereka kemudian melepaskan sel sperma.
·         Ovarium
Ovarium terletak di bagian bawah suatu karpel. Di dalam ovarium, mungkin ada satu atau lebih ovula. Ovula disimpan di bukaan, atau ruang, yang disebut lokulas. Sebuah lokula mungkin memiliki satu atau banyak ovula, tapi hanya ada satu lokula di setiap karpel. Jadi, ketika karpel menyatu bersama-sama, jumlah lokula dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak karpel terdapat.
Ovula mengandung sel telur. Setelah sel sperma bergerak ke bawah tangkai putik karpel, itu akan memasuki bakal biji dan menyatu dengan sel telur. Ini disebut pembuahan atau fertilisasi. Ini menghasilkan embrio, atau tanaman anak. Sebuah pelindung mengelilingi embrio ini dan sumber makanannya. Seluruh struktur ini diproduksi setelah pembuahan disebut benih. Ovarium sekitarnya biasanya berkembang menjadi buah yang melindungi benih.
b.      Xylem dan floem merupakan jaringan pembuluh yang disebut juga jaringan angkut atau pengangkut (transportasi). xilem adalah pembuluh kayu dan floem adalah pembuluh tapis. Umumnya akar hanya mempunyai xylem, sedangkan batang mempunyai keduanya (xylem dan floem).
o   Xylem disusun oleh sel dewasa yang telah mati dan kehilangan plasma membrannya serta dinding selnya mengalami penebalan sekunder dan dilapisi lilin. ujung dari dinding sel ini telah terperforasi sempurna membentuk saluran yang sangat panjang. Saluran ini mempunyai hubungan yang erat dengan parenkim xylem yang secara aktif mentransport cairan keluar-masuk xylem. Fungsi dari xylem adalah membawa air dan ion terlarut (mineral/unsur hara) pada tumbuhan.
o     Floem disusun oleh sel hidup dewasa yang terinterkoneksi oleh perforasi pada ujung dinding selnya yang terbentuk dari plasmodesmata yang membesar dan termodifikasi. Sel ini tersusun membentuk tabung yang disebut pembuluh ayak. Sel-sel ini tetap mempunyai membran plasma, tetapi sudah kehilangan nukleus dan banyak sitoplasma, sehingga mereka bergantung pada sel pendamping untuk metabolismenya. Sel pendamping mempunyai fungsi tambahan sebagai pengangkut molekul makanan terlarut keluar dan ke dalam pembuluh melalui dinding pembuluh yang berpori. Floem berfungsi mengangkut zat-zat asimilat (hasil fotosintesis) untuk kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman yang membutuhkan.
c.       Reproduksi dengan cara generatif dan fegetatif.
d.      Bunga atau kembang adalah alat reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Pada bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik.
e.       Pada tanaman angiospermae mengalami 2 (dua) kali fertilisasi atau pembuahan. Pertama dibuahi oleh inti sperma1 dan kedua dibuahi oleh inti sperma 2.

Daur hidup angiospermae

  1. Bunga pada sporofit (2n) memiliki kepala sari yang didalamnya terdapat sel induk mikrospora
  2. Sel induk mikrospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan mikrospora yang haploid (n)
  3. Mikrospora (n) mengalami pembelahan mitosis menghasilkan gametofit jantan berupa butir serbuk sari yang haploid (n)
  4. Pada bakal biji terdapat sel induk megaspora (2n). Sel induk megaspora membelah secara meiosis menghasilkan empat sel megaspora (n). Namun, hanya satu sel megaspora yang hidup. Sedangkan tiga lainnya mengalami degenerasi (mati)
  5. Megaspora yang hidup akan membentuk gametofit betina (sel kandug lembaga atau sel kantong embrio). Inti kandung lembaga membelah secara mitosis tiga kali berturut-turut. Pembelahan inti tersebut tidak di ikuti dengan pembelahan sitoplasma; disebut kariokinesis. Dari kariokinesis dihasilkan 8 inti (nukleus) yang akan tumbuh menjadi satu ovum (n), dua sinergid (n), tiga antipoda (n), dan dua inti polar yang bersatu disebut dengan inti kandung.
  6. Bila terjadi penyerbukan, serbuk sari akan berkecambah membentuk buluh (tabung sari) yang intinya akan mengalami kariokinesis dan akan menghasilkan dua inti, yaitu satu inti vegetatif dan satu inti generatif. Inti generatif membelah lagi secara kariokinesis sehingga menghasilkan dua inti, yaitu satu inti sperma I dan satu inti sperma II.
  7. Setelah buluh sari sampai di mikrofil, inti vegetatif mengalami degenerasi. Inti sperma I membuahi ovum dan menghasilkan zigot. Inti sperma II membuahi inti kandung lembaga sekunder dan menghasilkan endosperma. Pembuahan (fertilisasi) pada angiospermae disebut pembuahan ganda
  8. Zigot akan tumbuh menjadi embrio. Endosperma berfungsi sebagai cadangan makanan  bagi embrio. Struktur yang meliputi embrio, endosperma dan selaput biji disebut biji. Ketika bakal biji tumbuh menjadi biji, ovarium akan berkembang menjadi buah yang melindungi biji dan membantu pemencarannya. Bila biji jatuh ketempat yang cocok, biji akan tumbuh menjadi tumbuhan sporofit baru.




KLASIFIKASI ANGIOSPERMAE
  1. Monokotil
Monokotil adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya berkeping tunggal (satu) Terdapat sekitar 50 ribu hingga 60 ribu jenis yang telah dikenal; menurut IUCN terdapat 59.300 jenis. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan) adalah suku yang memiliki anggota terbesar dalam dunia tumbuhan berbunga, dengan 20 ribu jenis.
Ciri-ciri :
v  Keping biji tunggal atau satu
v  Berkas vaskuler (pembuluh angkut ) pada batang bertipe kolateral tertutup (antara xilem dan floem tidak terdapat kambium). Letak xilem dan floem tersebar dan tidak teratur.
v  Pada umumnya batang dan akar tidak memiliki kambium sehingga tidak terjadi pertumbuhan sekunder dan tidak tumbuh membesar. Namun, ada pula tumbuhan monokotil yang berkambium, misalnya sisal
v  Berakar serabut
v  Ujung akar dilindungi oleh koleoriza (bagian yang menyelubungi akar) dan ujung batang dilindugi oleh koleoptil (selubung ujung embrio/plumula)
v  Bagian bunga (kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari) berjumlah 3 atau kelipatan 3
Contoh angiospermae :
a)      Bunga lili
b)      Anggrek tanah
c)      Sagu
d)     Padi
e)      Pisang
f)       Opuntia elatior
g)      Pandan
h)      Sawit
i)        Nanas

  1. Dikotil
Dikotil adalah segolongan tumbuhan berbunga yang berkeping biji dua dan memiliki sepasang daun lembaga yang terbentuk sejak tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua..
Ciri-ciri dikotil :
v  Keping biji berbelah dua
v  Berkas vaskuler (pembuluh angkut) pada batang bertipe kolateral terbuka (antara xilem dan floem terdapat kambium) dan tersusun melingkar dengan kedudukan xilem disebelah dalam dan floem disebelah luarnya. Sementara berkas vaskuler pada akar bertipe radial (letak xilem dan floem bergantian menurut jari-jari lingkaran).
v  Batang dan akar memiliki kambium sehingga terjadi pertumbuhan sekunder dan dapat tumbuh membesar
v  Berakar tunggang yang bercabang
Contoh tanaman dikotil :
a)      Cemara gunung
b)      Capparis spinosa
c)      Kembang sepatu
d)     Putri malu
e)      Tapak dara
f)       Sirih
g)      Mawar
h)      Tomat
i)        Cempaka
j)        Bunga pukul empat
k)      Teratai besar
l)        Jeruk bali



MANFAAT ANGIOSPERMAE


  1. Bahan pangan sumber karbohidrat, contohnya Oryza sativa.
  2. Bahan pangan sumber protein, contohnya Phaseolus radiates.
  3. Bahan pangan sumber lemak, contohnya Cocos nucifera.
  4. Bahan pangan (sayuran) sumber vitamin dan mineral, Solanum lycopersicum.
  5. Bahan pangan (buah-buahan) sumber vitamin dan mineral, contohnya, Carica papaja.
  6. Bahan sandang, contohnya Gossipium s

Laporan Hasil Kerja

PENGAMATAN BERBAGAI JENIS JAMUR(FUNGI)
  1. Tujuan Pengamatan
Tujuan dari pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui struktur tubuh berbagai jenis jamur.
  1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengamatan berbagai jenis jamur ini adalah:
a.       Mikroskop dan peralatannya
b.      Cawan petri
c.       Kaca objek
d.      Tusuk gigi
e.       Pisau silet
f.       Tisu
g.      Kamera telepon genggam

Bahan yang digunakan pada pengamatan berbagai jenis jamur ini adalah :
a.       Jamur pada tempe
b.      Jamur pada roti
c.       Jamur pada jagung
d.      Jamur kukur

  1. Cara kerja
Untuk melakukan pengamatan pada berbagai jenis jamur, langkah kerja yang bisa dilakukan adalah :

1)      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian
2)      Hubungkan mikroskop pada arus listrik dan hidupkan (cahaya) mikroskop. Lalu, ganti penutup lensa mikroskop dengan lensa okuler
3)      Ambil sedikit jamur pada tempe dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian letakkan diatas kaca objek dan jepit dengan penjepit yang ada di samping kaca objek.
4)      Amati dengan mikroskop, gunakan perbesaran 1,5 x 100. Fotokanlah objek yang terlihat dengan menggunakan kamera telepon genggam
5)      Lakukan langkah 3 dan 4 pada jamur yang ada pada roti dan jagung
6)      Selanjutnya, kikis bagian bawah jamur kukur dengan menggunakan tusuk gigi secara tipis dan letakkan diatas kaca objek
7)      Lalu, amati kembali bagian jamur kukur dengan menggunakan mikroskop dan tetap menggunakan perbesaran 1,5 x 100. Kemudian fotokan kembali objek yang terlihat dengan menggunakan kamera telepon genggam
8)      Setelah itu, bersihkan kaca objek dengan menggunakan air di atas cawan petri. Setelah bersih, keringkan kaca objek dengan menggunakan tisu.
9)      Rapikan alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dan simpan kembali mikroskop beserta peralatannya.

  1. Hasil Pengamatan
Nama objek tempat jamur hidup
Nama jenis jamur
Foto
Keterangan
Tempe
Rhizopus Oryzae


Pada mikroskop, jamur ini tampak memiliki hifa dan sporangium.
Roti
Rhizopus


Pada mikroskop, jamur rhizopus yang hidup pada roti ini tampak memiliki sporangium dan juga hifa.
Jagung
Monilia sitophila

Pada mikroskop, jamur ini akan terlihat memiliki sporangium dan juga hifa

Jamur kukur


Pada mikroskop, tampak bagian tubuh dari jamur kukur ini. Tapi, tidak terlihat jelas struktur tubuhnya.

  1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang kami lakukan terhadap berbagai jenis jamur, dapat kami simpulkan bahwa Struktur tubuh jamur jika diamati dengan menggunakan mikroskop akan tampak lebih jelas bagian-bagiannya dan jamur itu memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Namun, memiliki struktur tubuh yang hampir sama. 

Minggu, 12 April 2015

Pendewasaan Usia Perkawinan

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. 

PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu menjadi tahun madu. 

Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR).


Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah Memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Tujuan PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang lebih dewasa.

Pembagian masa PUP :

     1.      Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan

Kelahiran anak yang baik, adalah apabila dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia 20 tahun. Kelahiran anak, oleh seorang ibu dibawah usia 20 tahun akan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak yang bersangkutan. 

Oleh sebab itu sangat dianjurkan apabila seorang perempuan belum berusia 20 tahun untuk menunda perkawinannya. Apabila sudah terlanjur menjadi pasangan suami istri yang masih dibawah usia 20 tahun, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan, dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti yang akan diuraikan dibawah ini.

 a. Prioritas kontrasepsi adalah oral pil, oleh karena peserta masih muda dan sehat
 b. Kondom kurang menguntungkan, karena pasangan sering bersenggama (frekuensi tinggi)                    sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
 c. AKDR/Spiral/IUD bagi yang belum mempunyai anak merupakan pilihan kedua.                                  AKDR/Spiral/IUD yangdigunakan harus dengan ukuran terkecil.

    2.      Masa Menjarangkan kehamilan

Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode PUS berada pada umur 20-35 tahun. Secara empirik diketahui bahwa PUS sebaiknya melahirkan pada periode umur 20-35 tahun, sehingga resiko-resiko medik yang diuraikan diatas tidak terjadi. 

Dalam periode 15 tahun (usia 20-35 tahun) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Sehingga jarak ideal antara dua kelahiran bagi PUS kelompok ini adalah sekitar 7-8 tahun. Patokannya adalah jangan terjadi dua balita dalam periode 5 tahun. 

Untuk menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini dilaksanakan untuk menjarangkan kelahiran agar ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi, yang dikenal sampai sekarang dalam program Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk menjarangkan kelahiran. Akan tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama langsung menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD).

    3.      Masa Mencegah Kehamilan

Masa pencegahan kehamilan berada pada periode PUS berumur 35 tahun keatas. Sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko medik. Pencegahan kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. 

Kontrasepsi yang akan dipakai diharapkan berlangsung sampai umur reproduksi dari PUS yang bersangkutan yaitu sekitar 20 tahun dimana PUS sudah berumur 50 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan bagi PUS usia diatas 35 tahun adalah sebagai berikut:

a. Pilihan utama penggunaan kontrasepsi pada masa ini adalah kontrasepsi mantap (MOW, MOP).
b. Pilihan ke dua kontrasepsi adalah IUD/AKDR/Spiral
c. Pil kurang dianjurkan karena pada usia ibu yang relatif tua mempunyai kemungkinan timbulnya         akibat sampingan

Rabu, 08 April 2015

PLATYHELMINTHES


PLATYHELMINTHES
  A.   Pengertian

Plathyhelminthes adalah salah satu filum yang terdapat pada kingdom animalia. Lebih tepatnya filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Plathyhelminthes berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata plathy yang artinya pipih dan helmintes yang artinya cacing. Jadi, plathyhelminthes adalah cacing yang berbentuk pipih.


Plathyhelminthes ini hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat lembap dengan cara memakan sisa-sisa organisme dan tumbuhan atau hewan kecil.  

             B.    Ciri-Ciri Plathyhelminthes

1.      Ukuran tubuh <1 mm -  >20 m

   Cacing pipih yang berukuran kecil contohnya adalah symsagittifera roscoffensis, dugesia, dan bipalium..
   Cacing pipih yang berukuran besar contohnya adalah taenia saginata dan taenia solium. 

2.      Bentuk tubuh Plathyhelminthes
a.       Pipih Dorsoventral
b.      Simetri Bilateral
c.       Beruas-ruas
d.      Tidak Beruas-ruas

3.      Triploblastik

Tubuh plathyhelminthes terdiri atas 3 lapisan embrionik.

     4.      Aselomata

   Dari hasil penelitian diketahui pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh, yaitu terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga digolongkan sebagai triplobastik aselomata (selom = rongga tubuh)

     

5.      Hidup bebas maupun sebagai parasit

   Plathyhelminthes bisa hidup bebas. Contoh plathyhelminthes yang hidup bebas yaitu plathyhelminthes berasal dari kelas turbellaria. 

   Namun, pada umumnya plathyhelminthes hidup sebagai parasit baik endoparasit (parasit di dalam tubuh inang) ataupun ektoparasit (parasit diluar tubuh inang). 

   Plathyhelminthes yang hidup sebagai ektoparasit  hidup dengan cara memkan lendir dan sel-sel di permukaan tubuh inang. Inang yang dimaksud adalah manusia, sapi, babi, anjing, kucing, burung, katak, siput air.

6.      Hewan primitif

Hewan platyhelminthes merupakan hewan yang paling primitif diantara hewan simetri bilateral lainnya 

7.      Peka terhadap cahaya

     C. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektodermaendoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.

1.      Sistem pencernaan

Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

2.      Sistem Syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih:
a.       Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
b.      Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).

3.      Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala).
Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai).
Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel

   D.    Reproduksi Platyhelmintes

Kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang reproduksi dari salah kelas dari filum                    Platyhelminthes. Yaitu dari kelas Trematoda (cacing hisap) yaitu cacing Fasciola Hepatica.

Trematoda bereproduksi dengan cara seksual, yakni :

a.  Cacing dewasa parasit di hati hewan ternak, kemudian bereproduksi secara seksual dan menghasilkan telur.
Melalui aliran darah, telur berpindah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama feses (tinja)
b.    Telur menetas menjadi larva bersilia mirasidium
c.    Mirasidium menginfeksi siput air Lymnaea.
d.  Di dalam tubuh siput, mirasidium menjadi sporosista. Sporosista berkembang menjadi redia.
e. Redia berkembang menjadi serkaria bersilia, kemudian keluar dari tubuh sipt dan menempel pada tumbuhan air atau rumput. Serkaria menjadi sista metaserkaria.
f.   Bila sista metaserkaria yang menempel pada rumput termakan hewan ternak, maka akan tumbuh menjadi cacing baru di usus ternak. Kemudian melalui aliran darah masuk ke hati hingga menjadi cacing dewasa.

   E.    Peranan Platyhelminthes
      Pada umumnya Platyhelminthes merugikan karena hidup parasit di dalam tubuh manusia, hewan     ternak, burung dan ikan. Berikut penjelasannya :

1.   Gyrodactylus salaris (salamon fluke) dari kelas monogenea : menyerang ikan di kolam pembenihan.

2.  Schistosoma mansoni (blood flukes) : menyebabkan terjadinya pendarahan pada saat mengeluarkan feses, menyebabkan kerusakan hati, gangguan jantung dan limpa. Juga menyebabkan penyakit yang dikenal dengan demam keong diwilayah sulawesi tengah (danau lindu)

3.     Cacing pita taenia saginata, taenia solium, dan dibothriocephalus : hidup parasit di usus manusia.

4.  Schistosoma haematobium (cacing darah) : hidup dalam saluran darah dan dapat  menyebabkan anemia.

5.      Paragonimus westermani (cacing paru-paru) : parasit pada paru-paru.

6.      Echinococcus granulosus : parasit pada usus anjing.

Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain:
·         Memutuskan daur hidupnya,
·         Menghindari infeksi dari larva cacing,
·         Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat),dan
·         Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai matang).