Jumat, 20 November 2015

RAJA' DALAM ISLAM


        Selamat datang kembali pembaca setia blog Berbagi Ilmu Pengetahuan. Semoga para pembaca selalu dalam keadaan sehat. Oke langsung aja ya. Berikut ini adalah informasi tentang     salah satu akhlakul karimah dalam syariat agama Islam, yaitu Raja'. Selamat membaca.






RAJA’
1.       Pengertian
Raja’ secara bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu “Rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Kata Raja’ (ﺮﺟﺎﺀ) berarti mengharapkan keridhaan Allah Swt dan rahmat darinya.
Sedangkan rahmat itu sendiri adalah segala karunia yang diberikan oleh Allah Swt kepada umatnya yang mendatangkan manfaat dan nikmat.
Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk :
a.       Mendapatkan ampunannya
b.      Memperoleh kesejahteraan
c.       Memperoleh kebahagiaan di duna dan di akhirat
d.      Mengharap rahmat serta keridhaan Allah
Dari keempat harapan yang dianjurkan di dalam islam, anjuran keempat atau mengharapkan rahmat serta keridhaan Allah Swt-lah yang paling penting dan yang paling utama.
Raja’ termasuk akhlakul karimah (perbuatan terpuji) terhadap Allah Swt, yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Maksudnya :
¨      Ketika seorang muslim/muslimah mengharapkan ampunan Allah Swt.
è Berarti ia telah mengakui bahwa Allah Swt itu maha pengampun
¨      Ketika seorang muslim/muslimah mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan diakhirat.
è Berarti ia telah meyakini bahwa Allah maha pengasih dan maha penyayang.
Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap muslim/muslimah senantiasa memperoleh ridha dan rahmat Allah Swt, sebagai bukti penghambaan kepada Allah. Allah swt berfirman:
Artinya :

     “.......berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu....” (Q.S Al-mu’min/40:60)

2.       Kebalikan sifat Raja’
Raja’ (mengharapkan sesuatu) kepada Allah Swt haruslah disertakan dengan usaha dan kerja keras. Jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut “Tamammi”.
Tamammi inilah yang menyebabkan seseorang berputus asa terhadap rahmat dan ridha Allah Swt. Sifat putus asa adalah kebalikan dari sifat raja’ yang sangat dilarang oleh Allah Swt.
Firman Allah Swt yang artinya :

“..... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah Swt, melainkan kaum yang kafir”. (Q.S Yusuf:87)
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah Swt, berarti ia telah berprasangka buruk kepada Allah Swt. Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah Swt. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, kita tetap diperintahkan untuk mengharapkan ampunan dari Allah Swt.
Allah Swt berfirman :
       “berdo’alah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu........” (Q.S Al-mu’min:60)
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah yang ada di dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharapkan ampunan dari Allah Swt.
Firman Allah Swt yang artinya:
“Katakanlah:”hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, dialah yang maha pengampun, maha penyayang.” (Q.S Az-zumar:53)

3.       Macam-macam Raja’
a.       Raja’ yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata:
"Ketahuilah, roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)


b.      Raja’ sebagai ibadah
Allah Swt berfirman yang artinya:
 "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57)
Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih. Sedangkan mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya.

c.       Raja’ yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata:
"Roja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan roja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)

4.       Faktor munculnya sikap Raja’
1     Berpegang teguh kepada tali Agama Allah swt.
Dalilnya terletak pada Quran Surat Ali Imran ayat 103 :
Artinya :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S Ali Imran:103)





2      Mengharap kepada Allah swt agar dalam usaha atau kegiatannya dapat berjalan lancar, mendapatkan berkah serta mendapatkan ridha dari Allah swt.
Allah swt berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi ayat 110 :
Artinya :

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (Q.S Al-kahfi:110)

3      Merasa takut kepada Allah swt
Sikap takut ini disebut dengan Khauf.

4      Cinta kepada Allah Swt Yang Maha Penyanyang.
Sikap cinta ini disebut dengan Mahabbah. Dalam Q.S. Ali Imran ayat 31 Allah swt berfirman :

Artinya :
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Ali Imran:31)
5.       Ciri-ciri sikap Raja’
a      Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan niat yang baik, yaitu karena Allah swt
b      Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta berani menghadapi resiko yang menghadang
c      Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis
d     Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya berusaha dari Allah yang menentukan
e      Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu berusaha meningkatkan diri
f       Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk beramal dan membantu mereka yang membutuhkan.
6.       Manfaat dan hikmah sikap Raja’
·                    Memperoleh keridaan Allah
·                    Terhindar dari perbuatan dosa
·                    Mendapatkan kepuasan hidup
·                    Mendekatkan diri kita pada Allah SWT
·                    Sarana penyelesaian persoalan hidup
·                    Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat




sekian dulu ya teman, semoga bermanfaat buat pembaca semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar