“
TRADISI 7 BULAN DALAM ADAT
MELAYU “
Pengenalan
Anak adalah suatu karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap pasangan
suami istri. Bagi masyarakat Melayu yang rata-ratanya beragama Islam, setiap anak yang dilahirkan
memiliki rezekinya masing-masing, oleh
sebab itu setiap kelahiran itu harus disyukuri. Dalam aspek kelahiran ini,
masyarakat Melayu banyak mengadopsi norma tertentu yang diwariskan secara turun
temurun. Ini mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan dan setelah lahir. Keyakinan orang Melayu Riau
beranggapan bahwa :
a. Anak merupakan
karunia Tuhan yang harus dihargai dan dijunjung tinggi.
b. Anak merupakan pusaka
abadi dunia dan akhirat.
c. Setiap anak yang
lahir membawa tuahnya masing-masing yang menyebabkan kehidupan orang
tuanya lebih
baik.
d. Anak merupakan
perlindungan masa depan pada saat diperlukan bantuan.
Tujuan pelaksanaan upacara kehamilan adalah antara lain :
1. Memohon kepada
Tuhan agar perempuan yang hamil selamat sentosa, terhindar dari gangguan
roh-roh halus.
2. Mengusir makhluk
– makhluk halus yang selalu diakhiri dengan doa
3. Menjaga anak
yang sedang dikandung agar tumbuh dan berkembang jasmani dan rohaninya
secara
normal
4. Agar selamat dan
mudah dalam melahirkan dan anak yang dilahirkan menjadi anak yang
sempurna.
Ada beberapa larangan yang harus diperhatikan oleh wanita hamil, yaitu:
·
Tidak boleh duduk di depan pintu jika melakukan maka
akan susah melahirkan
·
Tidak boleh membunuh binatang baik suami maupun
istrinya jika dilakukan maka anak nya akan
mengalami cacat
·
Sang ayah tidak boleh selingkuh jika di lakukan maka
anak nya akan bodoh.
Adat Sewaktu Mengandung
1.
Melenggang Perut
Upacara ini biasanya
dilakukan pada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia
sekitar tujuh atau delapan bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan untuk
membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal
bersalin dan untuk memperbaiki posisi bayi di dalam perut.
Tata Upacara Adat Melenggang Perut
Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi mentera
dan mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan beras
kunyit ditabur. Berikutnya adat mandi sintuk jeruk dan air buyung dilakukan.
Sebiji telur diselipkan di kain basahan yaitu di bagian perutnya dan sebuah
cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu didudukkan di atas kursi di mana pada kaki kursi itu
dipatok ayam. Kemudian air buyung dijiruskan ke badannya sedangkan telur tadi
dilepaskan atau dijatuhkan dengan kepercayaan itu akan memudahkan wanita tadi
bersalin.
Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin muka
dengan harapan anak yang bakal lahir nanti memiliki rupa paras yang cantik.
Setelah acara itu selesai,Kain yang berjumlah tujuh helai dengan tujuh warna
dibentangkan, sebagai alas berbaring
isteri 1 hamil. Kemudian, Ibu yang hamil dibaringkan di atas lapisan
kain-kain tersebut.
Bidan akan mengurut ibu yang sedang hamil dengan
menggunakan minyak kelapa atau minyak pijat. Selanjutnya, kelapa yang sudah
dikupas digulingkan secara perlahan di atas perut isteri dengan bolak-balik
dari atas ke bawah sebanyak tujuh kali
oleh bidan. Pada kali yang ketujuh, buah kelapa tersebut dilepas dan dibiarkan
terjatuh hingga berhenti. Kemudian bidan/dukun beranak memperhatikan bagaimana
posisi muka atau mata buah kelapa tersebut ketika telah berhenti bergolek. Jika
mata kelapa menghadap ke atas, maka isteri akan melahirkan anak laki-laki, jika
sebaliknya, maka isteri akan melahirkan anak perempuan.
Kemudian, kedua tangan bidan memegang hujung lapisan
kain yang paling atas, lalu ia mengangkat sedikit ujung kain tersebut, dengan
tujuan untuk melenggangkan perut isteri. Setelah itu, maka bidan menarik kain
tersebut helai per helai secara perlahan hingga semua lapisan kain terlepas
dari bawah pinggang isteri. Menurut adatnya, kain yang di bawah sekali beserta
buah kelapa, beras, damar, sirih-pinang dan uang lima suku yang terdapat di
dalam tepak sirih diserahkan pada bidan. Biasanya pada hari tersebut, kenduri
doa selamat akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan
pakaian baru.
Melenggang perut ialah ritual tradisional yang
dilaksanakan ketika isteri hamil genap tujuh bulan. Ritual ini bertujuan untuk
meletakkan bayi pada posisi yang baik sehingga memudahkan proses kelahiran.
Posisi yang baik adalah bagian kepala bayi berada di depan pintu rahim.
Pada hari
pelaksanaan upacara melenggang perut, biasanya diadakan kenduri secara
sederhana, dihadiri para orang tua dan kerabat dekat. Saat itu, isteri
berdandan dengan pakaian yang serba baru agar tampak cantik.
Peralatan
Beberapa perlengkapan yang
disediakan dalam proses pelaksanaan upacara ini adalah:
o
Tujuh helai kain yang berbeda warna.
o
Segantang beras.
o
Satu buah kelapa yang sudah dikupas.
o
Beberapa gulungan benang.
o
Sebatang damar.
o
Minyak urut/minyak kelapa.
o
Beberapa batang lilin.
o
Tepak sirih dengan segala kelengkapannya.
o
Uang sebagai pengeras sebesar lima suku ($1.25) yang
diletakkan dalam tepak sirih.
Terimakasih telah mengunjungi blog ini dan semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar