UPACARA BUKA
PINTU MELAYU RIAU
Di dalam adat tradisi pernikahan melayu riau, pada hari pengantin akan bersanding terdapat banyak tradisi yang akan dilakukan. Salah satunya adalah upacara buka pintu yang diadakan di depan pintu rumah mempelai wanita.
Sesampai di depan pintu, tukang andam melantunkan
pantun yang kemudian dijawab oleh rombongan pengantin laki-laki. Pantun
berbalas yang bisa berupa pujian maupun sindiran ini menjadi ritual sebelum
masuk rumah. Setelah itu, pengantin laki-laki menyodorkan amplop berisi uang
(uang lelawe) kepada tukang andam sebagai tanda pembuka pintu. Pintu rumah
tidak akan dibuka sebelum uang lelawe ini diberikan.
Terjadilah pantun berbalas diantara
kedua belah pihak.
Pihak Laki-Laki :
”
Assalamualaikum, wahai Tuan Rumah bolehkah kami masuk ”
Pihak Perempuan :
”
Waalaikumsalam Wr. Wb,
Wahai
orang yang berada ditanah. Masuk tu boleh saja, tetapi sebelumnya kami mau tahu
apa maksud dan tujuan. Kalaulah datangnya baik tentu kami sambut baik kalau
datangnya membawa petaka elok tuan balik segera.
Pihak Laki-Laki :
Cik
Puan ini kura-kura dalam perahu
Pura-pura
tidak tau.
Sudah
gaharu cendana pula
Sudah
tahu bertanya pula
Buah pauh selasih sayang
Angin menyapa ditengah sunyi
Dari jauh kami datang
Ingin berjumpa idaman hati
Anak
gagak tepi perigi
Jatuh
berlutut berdarah kaki
Kalaulah
tidak karena hati
Rasa
tak patut kami kemari
Pihak Perempuan :
Oooh........begitu,
Nampaknya
besar sungguh hajat dibawa
Tapi,
apakah kami boleh percaya dengan kata-kata tuan
Maklum
........ sebelum terkena elok waspada
Tikar
pandan tikar anyaman
Tikar
ada sejak berjaman
Kalaulah
benar ucapan tuan
Apa
taruhan sebagai jaminan
Pihak Laki-Laki :
Jika
begitu yang Puan tanya
Kedatangan
kami nampaknya masih diragukan
Begini
sajalah.
Perahu
berlayar ke Tanjung Tuan
Angin
bertiup kearah Selatan
Apa
taruhan yang Puan inginkan
Cobalah
sebut jangan lah segan
Pihak Perempuan :
Pasang
lilin dalam perahu
Perahu
sakat melanda pantai
Sengaja
dihalang pengantin baru
Karena
syarat adatnya belum selesai
Pihak Laki-Laki :
Indung-indung
si anak kandung
Hujan
reda cuaca pun terang
Kami
datang semuanya bingung
Mengapa
dipintu kami dihalang
Kagum
melihat kain terhalang
Beginikah
adat resam melayu
Hajat
baik kami yang datang
Mengapa
pula diempang pintu
Pihak Perempuan :
Empang
pintu resam melayu
Kain
panjang dipegang erat
Begitulah
adat jaman dahulu
Pintu
diempang menurut adat
Ambil
sapu dibalik dinding
Jangan
tunduk jangan menyuruk
Tapi
kita sudah berunding
Adakah
dibawa penawar sejuk
Pihak Laki-Laki :
Orang
melayu masak ketupat
Berisi
pulut bercampur santan
Tapi
kan kita sudah sepakat
Kami
nak masuk mengapa ditahan
Jika
tuan ketanjung balai
Kami
dendang senandung Asahan
Syarat
dan rukun sudahpun selesai
Pengantin
nak masuk masih ditahan
Ketasik
sudah........ke Penang sudah........ ke kedah pun sudah
Hanya
kemersing yang belum
Merisik
sudah – meminang sudah – menikah pun sudah
Hanya
bersanding saja yang belum
Jadi
mau apa juga lagi.
Pihak Perempuan :
Bersabarlah
dulu tuan
Impal
larangan tegak berdiri
Lengkap
pula dengan senjata
Jika
nak masuk sediakan kunci
Barulah
pintu dapat dibuka
Pihak Laki-Laki :
Menurut
adat dan suku sakat
Datuk
Nenek pernah berpesan
Kalaulah
pintu dijaga ketat
Syarat
pembuka tolong tunjukkan
Pihak Perempuan :
Negeri
Malaka porak poranda
Sejak
Hang jebat jadi durhaka
Kalaulah
pintu hendak dibuka
Pakai
kunci emas, bukan suasa
Pihak Laki-Laki :
Pisang
emas masak setandan
Mari
letakkan diatas meja
Ini
kunci emas kami berikan
Bukalah
pintu dengan segera.
Pihak Perempuan :
Tunggu
dulu tuan,
kami
hendak melihat
Apakah
asli atau tiruan
Karena
syarat telah terpenuhi
Dipersilahkan
Raja sehari
Menjumpai
permaisuri
Pengantin Laki-laki dibawa oleh
Mak Andam duduk dipelamin, kedua mempelai setelah duduk dipelamin dipersilahkan
mengambil tempat dimuka pelaminan bersama sanak keluarga melaksanakan makan
nasi damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar